TEMANGGUNG TILUNG,FATTALA- Wakil Presiden Boediono mengingatkan semua pihak dan
pelaku usaha pertanian untuk berhati-hati salah mengurus sektor pertanian.
Wapres mengajak semua pihak terkait untuk menghindari penyebab dari kekurangan pangan, yaitu adanya kesalahan
dalam mengurus sektor pertanian pangan.
Caranya, semua pihak dalam hal ini pemerintah,
dunia usaha, petani secara bersama-sama mengawal kebijakan pertanian pangan
kita dengan sebaik-baiknya,” ungkap Wapres Boediono ketika membuka puncak
peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) Ke-32 Tingkat Nasional di Arena Pameran
Temanggung Tilung, Palangka Raya, Kamis (18/10).
“Bukan untuk subsidi yang tidak tepat sasaran
atau kegiatan-kegiatan lain yang rawan penyelewengan,” kata Wapres. Lebih
lanjut Boediono meminta adanya kajian penerapan sistem insentif yang rasional
bagi para pelaku pertanian pangan, sehingga mereka (petani red) dapat bergairah
untuk mengembangkan usahanya, untuk berinvestasi dan berinovasi untuk meningkatkan
produktifitasnya dan untuk memperoleh nilai tambah dari produk-produk pangan melalui pengembangan agroindustri pangan
modern.
Diingatkan Wapres bahwa pentingnya belajar dari
kenyataan bahwa sekarang ancaman bencana alam semakin besar. Caranya, dengan
membangun sistem antisipasi dan efektif.
“Kita harus berusaha sekuat tenaga untuk tidak
tergantung kepada pasar dunia bagi kebutuhan pangan kita. Dan bagi pangan
pokok, kita bahkan harus menargetkan posisi surplus yang aman,” jelas Wapres.
Ditegaskan Wapres bahwa untuk mencapai swasembada
beras, gula, jagung, kedelai dan daging maka harus laksanakan dengan
sungguh-sungguh dan dengan komitmen tinggi oleh semua pihak. Pencapaian sasaran-sasaran
tersebut menurutnya harus tetap realistis. Tidak hanya sekedar melarang impor
tanpa memperhatikan kecukupan suplai dan kestabilan harganya di dalam negeri.
Karena, apabila terjadi kelangkaan pangan dan gejolak harga, meskipun
dalam waktu singkat, maka kerawanan pangan di dalam negeri akan timbul dengan
konsekwensi selanjutnya berupa gejolak sosial yang akan sulit dikendalikan.
Disebutkan Wapres bahwa di negara manapun, gejolak pangan identik dengan
gejolak sosial.
Dalam situasi dunia dan iklim yang serba tidak pasti stok pangan
nasional harus cukup setiap saat. Untuk pengaman stok kran impor tidak boleh
ditutup, karena impor adalah satu-satunya katup pengaman, yang apabila karena
berbagai sebab produksi dalam negeri tiba-tiba turun. “Tapi memang impor harus
ditargetkan secara bertahap menurun, seiring dengan keberhasilan kita
meningkatkan produksi dalam negeri,” urai Wapres Boediono. (fer)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar