MENDAWAI, FATTALA – Mengawali ceramah yang
disampaikan ustadz Syairi Abdullah pada buka puasa bersama Ormas NasDem Kalteng
di Jalan Mendawai Lima
langgar Hidayatul Muhajirin, kemarin (26/7). Ia mengajak umat Islam untuk
merenungkan betapa luar biasa Allah memberikan nikmat kepada diri manusia yang
itu tidak dapat diukur dengan apapun di dunia ini.
Maka dari itu, tambah
Syairi sudah sepantasnya sebagai insan yang dhaif kita memperbanyak syukur dengan menggunakannya pada tempat dan
sesuai dengan kehendak pemberinya. Pada dasarnya, semua bentuk
syukur ditujukan kepada Allah. Namun, bukan berarti kita tidak boleh bersyukur
kepada mereka yang menjadi perantara nikmat Allah.
Ada
beberapa cara mensyukuri nikmat Allah swt. Tutur Syairi, Pertama, syukur dengan hati. Ini dilakukan dengan
mengakui sepenuh hati apa pun nikmat yang diperoleh bukan hanya karena
kepintaran, dan kerja keras kita, tetapi karena anugerah dan pemberian Allah
Yang Maha Kuasa. Keyakinan ini membuat seseorang tidak merasa keberatan betapa
pun kecil dan sedikit nikmat Allah yang
diperolehnya.
Kedua,
syukur dengan lisan. yaitu, mengakui dengan ucapan
bahwa semua nikmat berasal dari Allah swt.
Pengakuan ini diikuti dengan memuji Allah melalui ucapan Alhamdulillah. Dan Ketiga, tambah Syairi, syukur
dengan perbuatan. Hal ini dengan menggunakan nikmat Alloh pada jalan dan
perbuatan yang diridhoi-Nya, yaitu dengan menjalankan syariat, menta'ati aturan
Allah dalam segala aspek kehidupan.
Bersyukur
atas nikmat yang diberikan Allah
merupakan salah satu kewajiban seorang muslim. Seorang hamba yang
tidak pernah bersyukur kepada Allah, alias
kufur nikmat, adalah orang-orang sombong yang pantas mendapat adzab Allah SWT.
Ibadah
puasa mempunyai banyak hikmah baik dari segi rohaniah, jasmaniah dan lingkungan
masyarakat. Dari segi rohaniah ia mampu menundukkan nafsu jahat yaitu naluri
atau perasaan yang mendorongkan kepada kejahatan. Selain itu, tambah
Syairi, mampu menguatkan pribadi kita,
mempererat hubungan silaturrahmi dan membersihkan jiwa. Puasa juga
sebagai latihan rohaniah dimana setiap yang berpuasa wajib menahan diri dari
pada nafsu makan minum, nafsu syahwat, mengontrol emosi dan menyakitkan orang
lain seperti mencela, caci maki, mengumpat dan berkata kotor.” muy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar