Oleh : Drs. H. Mahli
Kepala Bidang Mapendais Kanwil Kementerian Agama
Propinsi Kalteng.
Banyak pelajaran berharga (Tarbiyah) yang
dapat kita ambil sebagai hasil pelatihan dari ibadah puasa ramadhan antara
lain: Pertama, Pengendalian diri. Pengendalian diri dan pengendalian
hawa nafsu haruslah selalu kita pertahankan dalam situasi dan kondisi apapun.
Ketidak sanggupan merawat/memelihara
pengendalian diri dan hawa nafsu akan melahirkan realita dimana banyak orang
yang bisa memulai dengan baik. Tetapi sedikit yang bisa melanjutkan dan mengkhirinya
dengan baik pula. Karena godaan/rayuan syaithan, karena syaithan adalah musuh
yang nyata untuk mempengaruhi hawa nafsu kita disetiap waktu.
Kedua, Sabar, tawakal dan tahan uji. Sikap lain yang
harus tetap kita hidupkan sesudah bulan suci ramadhan adalah sikap sabar,
tawakal dan tahan uji, tidak berputus asa sebagaimana saat kita berpuasa biar
lapar melilit perut dan haus mencekik tenggorokan, kalau belum tiba waktu
berbuka, makan dan minum tidak kita lakukan.
Kita dilatih untuk bersabar sehingga kita tidak
larut dalam kenyataan hidup sehari-hari. Dimana banyak orang ingin cepat sukses
namun tidak setia pada proses dan hanya berorientasi dan hanya berorientasi
pada hasil, akibatnya dia ambil jalan pintas dengan menghalalkan segala cara
tidak peduli teman jadi lawan, lawan jadi teman yang penting
cita-cita/kehendaknya tercapai.
Yang perlu kita sadari kehidupan ini bagaikan
roda berputar, yang hanya menunggu giliran, ada saat datang ada saat pergi, ada
yang lahir ada yang mati, hari ini kaya mungkin besok jadi orang miskin, hari
ini pegang peran, mungkin besok di bebas tugaskan.
Sebagaimana Allah SWT berfirman pada surat Ali
Imran ayat 140 yang artinya, “Dan masa (kejadian dan kehancuran) kami
pergilirkan diantara manusia agar mereka mendapat pelajaran.”
Karena itu benar kata orang tua kita dulu, jika
sehat harus ingat sakit, jika kaya harus ingat miskin itu nasehat yang perlu kita
camkan dalam kehidupan kita di dunia yang fana ini. oleh karenanya sabar,
tawakal tahan uji, tidak mudah putus asa, lapang dada, luas pandangan dan berprasangka
baik kepada Allah SWT harus menyatu dalam sikap hidup kita.
Ketiga. Kepekaan Sosial. Sikap mental yang harus kita
lestarikan dari ibadah puasa Ramadhan ini kepekaan sosial. Kita menyadari bahwa
manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian tanpa
keterlibatan orang lain, dengan pelatihan ibadah puasa kita dapat merasakan lapar
dan dahaga yang dialami oleh orang-orang yang tidak punya, sehingga tersentuh
hati kita untuk memberikan sebagian harta yang kita miliki untuk keperluan mereka,
artinya kita sadar untuk tidak mementingkan diri sendiri.
Kalau hal itu berhasil kita lakukan, maka kita
dapat menjaga diri dari penyakit rakus, tamak alias serakah yang akan
menghambat pemerataan kesejahteraan dan kemakmuran di negara kita ini.
Oleh karena itu, marilah kita memulai lembaran
baru dalam menjalani kehidupan kita pasca ramadhan ini dengan lebih baik dengan
selalu menjaga dan memelihara semangat ramadhan, semoga arah hidup kita di sebelas
bulan mendatang semakin lurus dan semangat perjuangan kita di jaga dan di
pelihara oleh Allah SWT. Amin