Kamis, 15 November 2012

Ashadi Siregar Sampaikan Materi Pertama


A. YANI, FATTALA – Materi pertama kegiatan Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) disampaikan oleh jurnalis senior Ashadi Siregar yang banyak pengalaman sebagai pendidik, novelis, jurnalis dan budayawan bertempat di ballroom hotel Dandang Tingang, kemarin (8/11).

Dengan menyajikan materi tentang filosofi dasar profesi jurnalisme yang diikuti oleh 21 peserta SJI, telah mampu memberikan pemahaman tentang materi dasar jurnalisme.

Menurutnya, Lulus dari Jurusan Publisistis Fakultas Sospol Universitas Gadjah Mada pada 1970 ini, membicarakan profesi jurnalisme secara filosofis artinya mempertanyakan 2 aspek dari profesi jurnalisme, pertama: pengetahuan (teori, konsep, pandangan) yang mendasari atau digunakan, dan kedua: metodologi yang dijalankan dalam profesi ini.

Lebih jauh dikatakan Ashadi, profesi juga dibicarakan dari aspek etika, berkaitan dengan pilihan nilai moral dalam menghadapi realitas. Persoalan etika ini secara substansial dapat ditarik ke akarnya, yaitu bagaimana pelaku (actor) mendefinisikan alter dalam interaksi sosial. Basis kultural bersifat demokratis dalam interaksi antara media jurnalisme dan masyarakat, merupakan masalah besar dalam penyelenggaraan media massa.

Hakikat dari etika intitusi sosial yang bersifat pro bono publico (demi kemaslahatan publik) adalah nilai altruistis. Dari sini pertanyaan mendasar adalah: mungkinkah seseorang yang tidak memiliki orientasi nilai altruistis bekerja dalam institusi semacam ini? Ini memerlukan kesadaran etis yang bersifat personal dan otonom.

“Seorang pelaku boleh jadi tidak membedakan pengetahuan dan metodologi serta etika profesinya, sebab sudah menyatu dalam praktek sehari-hari melalui perilaku profesionalnya yang kemudian mewujud dalam hasil kerjanya. Kalau hasil kerjanya sudah diterima dalam sistem internal organisasi kerjanya, dianggap urusan selesai,” jelas Ashadi yang pernah menjabat Direktur Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerbitan Yogya (LP3Y).

Suatu media pada dasarnya menjalankan fungsi di dalam institusi sosialnya untuk memenuhi
harapan khalayak. Harapan inilah yang menjadi pendorong dalam memformat fungsi imperatif yang harus dijalankan oleh media massa sebagai institusi sosial. Dorongan yang datang dari masyarakat, dapat dalam dua wujud, yaitu motif psikhis dan sosial.

Jika motif pertama membawa seseorang ke dunia-dalam (inner world) yang bersifat subyektif, maka dorongan kedua membawa seseorang ke dunia-luar yang bersifat empiris obyektif. Media massa akan menyuplai masyarakatnya untuk dapat memasuki dunia yang dipilihnya. Pada tahap akhir, konsumsi informasi media massa diharapkan menjadi landasan bagi khalayak dalam keberadaannya di ruang publik. Terang Ashadi yang dikenal seorang intelektual yang berkarakter ini. MUY

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

©2009 FATTALA online | by TNB